Di kalangan santri, kitab Imrithi’ ini menjadi salah satu sorogan favorit dan ilmu alat tata Bahasa Arab lanjutan. Umumnya diberikan setelah tahapan Kitab Ajurumiyah dapat terhapal dan terpahami dengan baik. Karena berupa nadhom (syair), maka harus dibahas dengan cara dihafalkan oleh setiap santri untuk memudahkan mengingat setiap perubahan dan kedudukan kalimat yang dibahas dalam kitab kuning.
Kitab Nadhom Imrithi merupakan karya seorang ulama’ yang alim dan ikhlas yang bernama Syekh Syarafuddin Yahya bin Badruddin Musa bin Ramadhan bin Umairoh Al-Imrithi yang merupakan ulama’ alumni Universitas Al-Azhar Mesir.
Nadhom Imrithi secara keseluruhan berjumlah sekitar 204 syair. Dalam kitab ini, juga ada Nadhom Maqshud karya Syaikh Ahmad bin Abdurrahim. Nazam Maqshud berisi sekitar 113 bait syair, yang berisi tentang perubahan (i’rab) kalimat di dalam bahasa Arab.
Syaikh Syarafuddin al-Imrithi memulai pembahasan kitabnya dengan bab al-Kalam. Dalam kitabnya ini, pengarang menyebutkan tentang definisi kalam (kalimat). “Kalamuhu lafzhun mufidun musnadin, wal kalimatu al-lafzhul mufidu al-mufradu. Li ismin, wa fi’lin tsumma harfin tanqasim. Wa hadzihi tsalatsuha hiya al-kalam.” yang artinya: Kalam itu adalah lafaz yang memberi faedah (manfaat) bersambung. Dan, kalimat adalah lafaz mufrad (sendiri) yang memberi faedah (makna). Kalam itu terbagi tiga, yaitu isim, fiil dan huruf, itulah pembagiannya. Dan, ketiga pembagian itulah yang disebutkan dengan kalam.
Penjelasan atau definisi kalam ini, sama dengan yang diterangkan oleh pengarang Matan Ajurumiyah, Syaikh Abu Abdillah Muhammad bin Dawud al-Shanhaji (Ibn Ajurum). Dalam matan Ajurumiyah, kalam adalah lafaz yang tersusun dan memberi faedah dengan menggunakan bahasa Arab. Dan (kalam itu), terbagi tiga, yaitu isim, fiil, dan huruf. Perlu diketahui, dalam tata bahasa Arab, yang disebut kalam adalah kalimat dalam bahasa Indonesia. Sedangkan, kalimat dalam bahasa Arab adalah kata di dalam bahasa Indonesia. Kalam adalah bentuk jamak dari kalimat.
Bila Matan Ajurumiyah dimulai dengan pembahasan kalam dan diakhiri dengan Bab maf’ul ma’ah, sedangkan dalam Nazam Imrithi juga dimulai dengan Bab kalam dan diakhiri dengan Bab idlofah. Lengkapnya, pembahasan Imrithi dimulai dari bait-bait muqaddimah, lalu dilanjutkan dengan Bab Kalam, Bab I’rob, Bab Alamat I’rob, Bab Alamat Nashab, Bab Alamat Khafad, Bab Alamat Jazm, Bab Nakirah dan Ma’rifah, Bab Marfu’ati al-Asma`, Bab Na’ib al-Fa’il, hingga Bab Idlofah. Semuanya lengkap membahas mengenai prinsip-prinsip dasar ilmu nahwu.
Berikut ini Nadhom Imrithi’ dan terjemahnya:
Pembukaan – المقدمة
اَلحْـَــمْدُ للهِ الَّـذِى قَـدْ وَفَقَ ۞ لِلْعِلْمِ خَيْرَ خَـلْقِهِ وَللِتُّقَى
Segala puji bagi Alloh yang menunjukkan kepada ilmu dan ketakwaan terhadap sebaik-baik makhluknya
حَتَّى نَحَتْ قُلُـوْبــُهُمْ لِنَحْوِهِ ۞ فَمِنْ عَظِيْمِ شَأْنِهِ لَمْ تَـحْوِهِ
Hingga hati mereka menuju kepadaNya, dan karena kebesaran dzatNya maka hati mereka tidak menjangkauNya
فَاُشْرِبَتْ مَعْنَى ضَمِيْرِ الشَّانِ ۞ فَأَعْرَبَتْ فِى اْلحَانِ بِاْلاَلْحَانِ
lalu diresapi makna dlomir sya’n (kalimat tauhid), lalu hati mereka berkata di kaum dengan nada-nada
ثُمَ الـصَّلاَةُ مَعْ سَـلاَمٍ لاَئِــقِ ۞ عَلَى النَّبِيِّ اَفْصَـحِ اْلخَلاَئِقِ
Lalu sholawat serta salam yang layak semoga tercurah atas Nabi makhluk yang paling fasih
مُحَمَّدٍ وَالاَلِ وَاْلاَصْحَابِ ۞ مَـنْ َاتْقَنُوا الْقُرْاَنَ بِاْلاِعْـرَابِ
Muhammad, Keluarga dan sahabatnya, yaitu mereka yang mengokohkan al-Qur’an dengan i’rob
وَبَعْدُ فَاعْلَمْ اَنهُ لمَــَّا اقْتَصَـرْ ۞ جُلُّ اْلوَرَى عَلىَ اْلكَلاَمِ مُخْتَصَر
dan setelah itu, maka ketahuilah, bahwa ketika mayoritas manusia menyukai ucapan yang ringkas
وَكَانَ مَطْلُـــوْباً اَشَدَّ الطَّـلَبِ ۞ مِنَ اْلوَرَىْ حِــفْظُ الِّسَانِ اْلعَرَبِى
dan menjaga bahasa arab itu tuntutan yang sangat terhadap manusia
كَىْ يَــــفْهَمُوْا مَعَانِيَ اْلــــقُرْاَنِ ۞ وَالـــسُّنَةِ الــدَّقِـيْــقَةِ اْلمَــعَانِى
supaya mereka faham makna-makna al quran dan sunnah yang detail makna-maknanya
وَالنَّحْوُ اَوْلَى اَوّلاً اَنْ يُـعْلَمَا ۞ اِذِ اْلكَـــــلاَمُ دُوْنَـــــهُ لَنْ يُــــــفْهَمَا
dan nahwu itu lebih baik untk dipelajari pertama kali, karena kalam tantap nahwu itu tidak difaham
وَكَانَ خَيْرُ كُــتْبِهِ الصَّغِيْرَةْ ۞ كُرَّسَةً لَـــطـِيْفَـــــةً شَـــــــهِيْـــرَةْ
dan lebih baik kitab nahwu yang kecil itu kitab kecil yang mashur
فِى عُرْبِهَا وَعُجْمِهَا وَالرُّوْمِ ۞ اَلـَّفَــــــــهَا الْحَـــــبـْرُ ابْنُ اَجُــرُوْمِ
di arab dan selain arab dan romawi, yang dikarang olenh orang yang pandai yaitu ibn ajrumi
وَانْتَفَعَتْ اَجِلَةٌ بِــعْلِمِهَا ۞ مَعْ مَاتَرَاهُ مِنْ لَطِـــــيْفٍ حَجْمِهَا
banyak orang mengambil manfaant dari ilmunya, walaupun kita melihat kecil ukuranyan
نَظَمْتُهَا نَظْمًا بَدِيـْـعًا مُقْتَدِى ۞ بِاْلاَصْلِ فِى تَقْرِيْبِهِ لِلْمُبْتَدِى
saya menadzomkan dengan nadzom yang baru yang mengikuti kitab asli dalam memudahkan bagi pemula belajar
وَقَدْ حَذَفْتُ مِنْهُ مَا عَنْهُ غِنَى ۞ وَزِدْتُهُ فَوَائِدًا بِهَـــــــا اْلغِنــَى
dan aku buang sesuatu yang tidak dibutuhkan , dan saya menambahkan faidah-faidah yang dibutuhkan
مُتَمِّمًا لِغَـــالِبِ اْلاَبْـوَابِ ۞ فَجَاءَ مِثْلَ الشَّرْحِ لِلْكِــتاَبِ
menyemprnakan kebanyakan bab-bab, maka nadzom ini seperti penjelasan kitab jurumiyah
سُئِلْتُ فِيْهِ مِنْ صَدِيْقٍ صَادِقِ ۞ يَفْهَمُ قَوْلِى لاِعتِقَادٍ وَاثِـــــقِ
saya diminta mengarang oleh seorang teman yang jujur, yang faham ucapanku karena itikad yang terpercaya
اِذِ اْلفَتَى حَسْبَ اعْتِقَادِهِ رُفِع ۞ وَكُلُّ مَنْ لـَمْ يَعْتَقِدْ لَـمْ يَنْتَفِعْ
karena pemuda itu di angkat menurut itikadnya, dan setiap orang yng tidak beriktikad tidak bermafaat
فَنَسْأَلُ الْمَنَّانَ اَنْ يُجِيـْرَنَا ۞ مِنَ الرِّياَ مُضَاعِفًا اُجُوْرَناَ
lalu kita meminta kepada maha pemberi untuk menyelamatkan kita dari riya, serta menggandakan pahala kita
وَاَنْ يَكُوْنَ نَافِعًا بِعِلْمِهِ ۞ مَنِ اعْتَنىَ بِحِفْظِهِ وَفَهْمِهِ
dan supaya Allah memberi manfaat tentang ilmu kitab ini bagi seorang yang serius menghafalkan dan memahami
Bab Kalam – باب الكلام
كَلاَمُهُمْ لَفْظُ مُفِيدٌ مُسْنَدُ ۞ وَالْكِلْمَةُ اللَّفْظُ المُفِيدُ المُفْرَدُ
Kalam orang arab adalah lafadz yang berfaidah yang disandarkan. dan kilmah adalah lafadz yang berfaidah yang mufrod
لاِسْمٍ وَفِعْلٍ ثُمَّ حَرْفٍ تَنْقَسِمْ ۞ وَهَذِهِ ثَلاَثَةٌ هِيَ الْكَلِمْ
kalimat terbagi menjadi isim dan fi’il lalu huruf, tiga ini adalah kalim
وَالْقَوْلُ لَفْظٌ قَدْ أفَادَ مُطْلَقاً ۞ كَقُمْ وَقَدْ وَإِنَّ زَيْداً ارْتَقَى
qoul adalah lafadz yang memberi faidah secara mutlak, seperti qum (berdirilah) dan qod (sungguh) dan inna zaidan irtaqo (sesungguhnya zaid itu naik)
فَالاِسْمُ بِالتَّنْوِينِ والْخَفْضِ عُرِفْ ۞ وحَرْفِ خَفْضٍ وَبِلاَمٍ وَأَلِفْ
isim di ketahui dengan tanwin dan jir dan huruf jir dan lam dan alif
وَالْفِعْلُ مَعْرُوفٌ بِقَدْ وَالسِّينِ ۞ وَتَاءِ تَأْنِيثٍ مَعَ التَّسْكِينِ
dan fiil diketahui dengan qod dan sin dan ta’ ta’nis yang bersama sukun
وَتَا فَعَلْتَ مُطْلَقاً كَجِئْتَ لِي ۞ وَالنُّونِ وَالْيَا فِي افْعَلَنَّ وافْعَلِي
dan ta’ nya lafadz faalta secara mutlak seperti ji’ta li (kamu datang karena aku) dan nun dan ya’ dalam contoh if’alanna dan if’ali
وَالْحَرْفُ لَمْ يَصْلُحْ لَهُ عَلاَمَهْ ۞ إلاَّ انْتِفَا قَبُولِهِ الْعَلاَمَهْ
dan huruf tidak ada tanda baginya kecuali tidak menerimanya huruf terhadap tanda
Bab I’rob – باب الإعراب
إِعْرَابُهُمْ تَغْييرُ آخِرِ الْكَلِمْ ۞ تَقْدِيراً أو لَفْظاً لِعَامِلٍ عُلِمْ
i’rob menurut ahli nahwu adalah perubahan akhir kalimat secara kira-kira atau secara lafadz karena amil yang telah diketahu
أَقْسَامُهُ أَرْبَعَةٌ فَلْتُعْتَبَرْ ۞ رَفْعٌ وَنَصْبٌ وَكَذَا جَزْمٌ وَجرْ
pembagianya ada empat maka hendaknya diketahui, yaitu rofa’ nasab begitu juga jazem dan jer
وَالكُلُّ غَيْر الجَزمِ فِي الأَسمَا يَقَعْ ۞ وَكُلُّهَا فِي الْفِعْلِ وَالْخَفْضُ امْتَنَعْ
semuanya kecuali jazem itu masuk dalam isim. dan semuanya masuk dalam fi’il, dan jer itu terlarang
وَسَائِرُ الأَسْمَاءِ حَيْثُ لاَ شَبَهْ ۞ قَرَّبَهَا مِنَ الحُرُوْفِ مُعْرَبَهْ
seluruh isim selama tidak ada kesurupaan yang mendekatkanya kepada huruf itu isim mu’rob
وَغَيْرُذِي الأَسْمَاء مَبْنِيُّ خَلاَ ۞ مُضَارِعٍ مِنْ كُلِّ نُونٍ قَدْ خَلاَ
selain isim-isim ini adalah mabni, selain fi’il mudlari’ yang sunyi dari setiap nun
Bab Alamat I’rob – بَابُ عَلاَمَاتِ الإعْرَابِ
ِلِلرَّفْعِ مِنْهَا ضّمَّةٌ وَاوٌ أَلِفْ ۞ َكذَاكَ نُوْنٌ ثَابِتٌ لاَ مُنْحَذِفْ
Alamat i’rob bagi rofa’ adalah dlommah wawu alif begitau juga nun yang tetap tidak terbuang
فَالضَّمُّ فِي اسْمٍ مُفْرَدٍ كَأَحْمَدِ ۞ وَجَمْعِ تَكْسِيرٍ كَجَاءَ الأَعْبُدِ
dlommah di isim mufrod seperti ahmad dan jama’ taksir seperti ja’a al a’budu (hamba-hamba telah datang)
وَجَمْعِ تَأْنِيثٍ كَمُسْلِمَاتٍ ۞ وَكُلِّ فِعْلٍ مُعْرَبٍ كيَاتِي
dan jama’ muannas seperti muslimat, dan setiap fi’il mu’rob seperti ya’ti
وَالْوَاوُفِي جَمْعِ الذُّكُورِ السَّالِمِ ۞ كَالصَّالِحُونَ هُمْ أُولُو المَكَارِمِ
dan wawu di jama’ mudzakar salim seperti sholihun hum ulul makarim (orang-orang soleh yaitu mereka yang mempuyai kemulyaan)
كَمَا أَتَتْ فِي الخَمْسَةِ الأَسْمَاءِ ۞ وَهْيَ الَّتِي تَأْتِي عَلَى الْوِلاءِ
seperti kedatanganya wawu di asmaul khomsah, yaitu yang akan datang secara berurutan
أَبٌ أَخٌ حَمٌ وَفُوكَ ذُو، جَرَى ۞ كُلٌّ مُضَافاً مُفْرَداً مُكَبَّرَا
abun, akhun, hamun dan fuka, dzu. semua berlaku secara dimudlofkan, mufrod, dan mukabbar (tidak di tasghir)
وَفِي مُثَنَّى نَحْوُ زَيْدَانِ، الأَلِفْ ۞ وَالنُّونُ فِي المُضَارعِ الَّذِي عُرِفْ
dan di isim tasniyah seperti zaidani. alif dan nun di fi’il mudlori’ yang telah diketahui
بِيَفْعَلاَنِ تَفْعَلاَنِ أَنْتُمَا ۞ وَيَفْعَلُونَ تَفْعَلُونَ مَعْهُمَا
dengan yafa’alani, taf’alani antuma, yaf’aluna, taf’aluna bersama keduanya
وَتَفْعَلِينَ تَرْحَمِينَ حَالِي ۞ وَاشْتَهَرَتْ بِالْخَمْسَةِ الأَفْعَالِ
dan ta’alina tarhamina hali, dan semunya itu mashur dengan af’alul khomsah
Bab Alamat Nashob – بَابُ عَلاَمَاتِ النَّصْبِ
لِلنَّصْبِ خَمْسٌ وَهْيَ فَتْحَةٌ أَلِفْ ۞ كَسْرٌ وَيَاءٌ ثُمَّ نُونٌ تَنْحَذِفْ
bagi nashob itu ada lima yaitu fathah alif kasroh dan ya’ lalu nun yang terbuang
فَانْصِبْ بِفَتْحٍ مَا بِضَمٍّ قَدْ رُفِعْ ۞ إِلاَّ كَهِنْدَاتٍ فَفَتْحُهُ مُنِعْ
maka nashobkan dengan fathan kalimat yang di rafa’kan dengan dlommah, kecuali yang seperti kalimat hindatun, maka fathanya dilarang
وَاجْعَلْ لِنَصْبِ الخَمْسَةِ الأسْمَا أَلِف ۞ وَانْصِبْ بِكَسْرٍ جَمْعَ تَأْنِيثٍ عُرِفْ
dan jadikan alif bagi nashobnya asmaul khomsah, dan nashobkan jama’ muannas yang telah diketahui dengan kasroh
وَالنَّصْبُ فِي الاِسْمِ الَّذِي قَدْ ثُنِّيَا ۞ وَجَمْعِ تَذْكِيرٍ مُصَحَّحٍ بِيَا
dan nashob di ismi yang yang di tasniyahkan dan jama’ mudzakar salim itu dengan ya’
وَالْخَمْسَةُ الأفْعَالُ حَيْثُ تَنْتَصِبْ ۞ فَحَذْفُ نُونِ الرَّفْعِ مُطْلَقاً يَجِبْ
dan asmaul khomsah ketika menjadi nashob itu wajib membuang nun rofa secara mutlak
Bab Alamat jer – بَابُ عَلاَمَاتِ الخَفْضِ
عَلاَمَةُ الخَفْضِ الَّتِي بِهَا انْضَبَطْ ۞ كَسْرٌ وَيَاءٌ ثُمَّ فَتْحَةٌ فَقَطْ
alamat jer yang jer terukur dengan alamat tersebut itu hanya kasrah dan ya’ lalu fathah
فَاخْفِضْ بِكَسْرٍ مَا مِنَ الأَسْمَا عُرِفْ ۞ فِي رَفْعِهِ بِالضَّمِّ حَيْثُ يَنْصَرِفْ
jerkan dengan kasroh isim-isim yang telah diketahui di rofa’nya dengan dlommah sekira menerima tanwin
وَاخْفِضْ بِيَاءٍ كُلَّ مَا بِهَا نُصِبْ ۞ وَالْخَمْسَةَ الأَسْمَا بِشَرْطِهَا تُصِبْ
dan jerkan dengan ya’ setiap kalimat yang di nashobkan dengan ya’. dan asmaul khomsah dengan syaratnya. maka kamu benar
وَاخْفِضْ بِفَتْحِ كُلَّ مَا لَمْ يَنْصَرِفْ ۞ مِمَّا بِوَصْفِ الفِعْلِ صَارَ يَتَّصِفْ
dan jerkan danga fathah setiap isim yang tidak menerima tanwin, yang mempunyai sifat dengan sifat fiil
بِأَنْ يَحُوزَ الاُِسْمُ عِلَّتَيْنِ ۞ أَوْ عِلَّةً تُغْنِي عَنِ اثْنَتَيْنِ
ketika isim memiliki dua illat atau satu illat yang tidak butuh dua illat
فَأَلِفُ التَّأْنِيثِ أَغْنَتْ وَحْدَهَا ۞ وَصِيغَةُ الجََمْعِ الَّذِي قَدِ انْتَهى
alif ta’nis itu mencukupi dengan sedirinya, dan sigat munjahal jumu’
وَالْعِلَّتَانِ الْوَصْفُ مَعْ عَدْلٍ عُرِفْ ۞ أَوْوَزْنِ فِعْلٍ أَوْ بِنُونٍ وَأَلِفْ
dua illa adalah sifat bersama adal, atau wazan fi’il, atau nun dan alif
وَهَذِهِ الثَّلاِثُ تَمْنَعُ الْعَلَمْ ۞ وَزَادَ تَرْكِيباً وَأَسْمَاءَ الْعَجَمْ
dan alam menjegah (tanwin) bersama tiga ini, dan menambah tarkib mazji dan nama-nama ajam
كَذَاكَ تَأْنِيثٌ بِمَا عَدَا الأَلِفْ ۞ فَإِنْ يُضَفْ أَوْيَأْتِ بَعْدَ أَلْ صُرِفْ
begitu juga muanas dengan selain alif, jika di mudlofan atau jatuh setelah al maka menerima tanwin
Bab tanda-tanda Jazam – بَابُ عَلاَمَاتِ الجَزْمِ
والجَزْمُ فِي الأَفْعَالِ بِالسُّكُونِ … أَوْ حَذْفِ حَرْفِ عِلَّةٍ أَوْ نُونِ
Jazam dalam fiil itu dengan sukun atau membuang huruf ilat atau nun
فَحَذْفُ نُونِ الرَّفْعِ قَطْعاً يَلْزَمُ … فِي الخَمْسَةِ الأَفْعَالِ حَيْثُ تُجْزَمُ
Membuang nun rafa secara pasti itu wajib di afalul Khomsah jika di baca jazam
وَبِالسُّكُونِ اجْزِمْ مُضَارِعاً سَلِمْ … مِنْ كَوْنِهِ بِحَرْفِ عِلَّةٍ خُتِمْ
Jazamkan dengan sukun fiil Mudari salim yang di akhiri dengan huruf ilat
إمَّا بِوَاوٍ أَوْ بِيَاءٍ أَوْ أَلِفْ … وَجَزْمُ مُعْتَلٍّ بِهَا أَنْ تَنْحَذِفْ
Adakalanya dengan Wawu atau ya atau alif, dan jazamnya yang diilati dengan huruf ilat itu dengan membuang huruf ilat
وَنَصْبُ ذِي وَاوٍ وَيَاءٍ يَظْهَرُ … وَمَا سوَاهُ فِي الثَّلاَثِ قَدَّرُوا
Nasabnya fiil mutal Wawu dan ya itu jelas, dan selain nasab di ketiga huruf ilat itu di kira-kirakan
فَنَحْوُ يَغْزُو يَهْتَدِي يخْشى خُتِمْ … بِعِلَّةٍ وغَيْرُهُ مِنْهَا سَلِمْ
Seperti contoh yaghzu yahtadi yakhsya itu di akhiri dengan huruf ilat , dan selain itu selamat dari huruf ilat
وَعِلَّةُ الأَسْمَاءِ يَاءٌ وَأَلِفْ … فَنَحْوُ قَاضٍ والْفَتَى بِهَا عُرِفْ
isim mutal itu ya dan alif, seperti contoh qodli dan fata
إِعْرَابُ كُلٍّ مِنْهُمَا مُقَدَّرَ … فِيهَا وَلكِنْ نَصْبُ قاضٍ يَظْهَرَ
Irab keduanya itu dikira-kirakan, tetapi nashabnya qodlin itu jelas
وَقَدَّرُوا ثَلاَثَةَ الأَقْسَامِ … فِي الْمِيمِ قَبْلَ الْيَاءِ مِنْ غُلاَمِي
Orang arab mengira-ngirakan tiga bagian: di mim sebelum yang dari contoh ghulami
وَالْوَاوُ فِي كَمُسْلِمِيَّ أُضْمِرَتْ … وَالنُّونُ في لَتُبْلَوُنَّ قُدِّرَتْ
Dan Wawu di contoh muslii itu di simpan, dan nun di contoh latublawunna itu di kira-kirakan
Fasal – فَصْلٌ
المُعْرَبَاتُ كُلُّهَا قَدْ تُعْرَبُ … بِالْحَرَكَاتِ أَوْ حُرُوفٍ تَقْرُبُ
Irab-irab itu semuanya di irabi dengan harakat atau huruf
فَأَوَّلُ الْقِسْمَيْنِ مِنْهَا أَرْبَعُ … وَهْيَ الَّتِي مَرَّتْ بِضَمٍّ تُرْفَعُ
Bagian yang awal itu empat , yaitu yang di rafakkan dengan dlommah
وَكُلُّ مَا بِضَمَّةٍ قَدِ ارْتَفَعْ … فَنَصْبُهُ باِلْفَتْحِ مُطْلَقاً يَقَعْ
Dan setiap yang dirafakkan dengan dlammah maka nashabnya dengan Fatha secara mutlak
وَخَفْضُ الاِسْمِ مِنْهُ بِالْكَسْرِ الْتُزِمْ … وَالْفِعْلُ مِنْهُ بالسكون مَنْجَزِمْ
Dan jernya isim tersebut itu wajib dengan kasrah, dan fiil itu di jazamkan dengan sukun
لكِنْ كَهِنْدَاتٍ لِنَصْبِهِ انْكَسَرْ … وَغَيْرُ مَصْرُوفٍ بِفَتْحَةٍ يُجَرّ
Tetapi seperti hindat nashabnya di kasrah, dan selain yang menerima tanwin di jerkan dengan fathah
وَكُلُّ فِعْلٍ كَانَ مُعْتَلاٌّ جُزِمْ … بِحَذْفِ حَرْفِ عِلَّةٍ كَمَا عُلِمْ
setiap fiil yang mutal itu di jazemkan dengan membuang huruf ilat, seperti yang telah diketahui
وَالمُعْرَبَاتُ بِالحُرُوفِ أَرْبَعُ … وَهْيَ المُثَنَّى وَذُكُورٌ تُجْمَعُ
Perkara-perkara yang di irabi dengan huruf itu empat yaitu isim tasniyh , dan laki-laki yang di jamakkan
جَمْعاً صَحِيحاً كَالْمِثَالِ الخَالِي … وَخَمْسَةُ الأَسْمَاءِ وَالأَفْعَالِ
Dengan jaman yang Shohih, seperti contoh yang telah lewat, dan lima isim dan fiil
أَمَّا المُثَنَّى فَلِرَفْعِهِ الأَلِفْ … وَنَصْبُهُ وَجَرُّهُ بِالْيَا عُرفْ
Adapun isim tasniyan maka rafaknya dengan alif dan nashob dan jernya diketahui dengan ya
وَكَالْمُثَنَّى الجَمْعُ فِي نَصْبٍ وَجَرّ … وَرَفْعُهُ بِالْوَاوِ مَرَّ وَاسْتَقَرّ
Dan seperti isim tasniyah adalah jama di nashob dan jer, dan rafaknya dengan Wawu telah lewat dan telah tetap
وَالْخَمْسَةُ الاسْمَا كَهَذَا الجَمْعِ فِي … رَفْعٍ وَخَفْضٍ وَانْصِبَنْ بِالأَلِفِ
Dan lima isim itu seperti jama ini di irab rafa dan jer, dan nashobkan dengan alif
وَالْخَمْسَةُ الأَفْعَالُ رَفْعُهَا عَرِفْ … بِنونِهَا وَفِي سوَاهُ تَنْحَذِفْ
Dan lima fiil itu rafaknya telah diketahui dengan nun, dan di selain rafa itu di buang.